Ziarah Makam KH. Abdullah Syafi’i Al-Batawie, Pendiri Pondok Pesantren As-Syafi’iyah Jatiwaringin

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah Makam KH. Abdullah Syafi’i Al-Batawie, Pendiri Pondok Pesantren As-Syafi’iyah Jatiwaringin
Sumber Gambar: dok. pribadi/FB Feryan Bima Tara

Laduni.ID, Jakarta – Umat Islam Betawi tak ada yang tak mengenal KH. Abdullah Syafi’i Al-Batawie, beliau adalah ulama kharismatik asli Betawi sekaligus pendiri Pondok Pesantren As-Syafi’iyah Jatiwaringin, Pondok Gede, Jakarta Timur.

KH. Abdullah Syafi’i Al-Batawie kerap dipanggil dengan sapaan H. Dulah, beliau lahir di Kampung Bali, Matraman pada 10 Agustus 1910. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Syafi’i bin Siran dan Nyai Nona binti Sya’ari.

Sejak kecil beliau menimba ilmu kepada ulama-ulama tanah Betawi dan sekitarnya, seperti Mu’allim Al-Mushonif (nahwu), Kiai Abdul Majid (fikih), Kiai Jauhari bin Sulaiman Tebet, Kiai Muanif Menteng Atas, Kiai Marzuki Cipinang (fikih), Habib Ali Al-Habsyi Kwitang (falaq), Habib Salim bin Jindan Jatinegara (hadis), Guru Mansur (falaq), Habib Ali bin Husein Bungur, dan Habib Alwi bin Thohir Bogor.

Saat usia beliau menginjak 18 tahun, H. Dullah menikah dengan Siti Rogayah binti Ahmad Mukhtar, seorang perempuan terpelajar yang saat itu pernah menjadi pembaca Al-Qur’an di istana presiden, dihadapan Presiden Soekarno pada tahun 1949.

Selain menjadi pendiri Pesantren As-Syafi’iyah, beliau juga merupakan salah satu pendiri Majelis Ulama Indonesia (MUI). Saat menjabat menjadi Wakil Ketua Umum MUI Pusat dan Ketua Umum MUI DKI Jakarat, H. Dullah merupakan sosok yang paling aktif mengadakan pendidikan dan pemberantasan buta huruf Al-Qur’an di Jakarta.

Keluasan ilmu dan akhlak yang dimiliki oleh Kiai Abdullah patut ditiru oleh umat saat ini, sebagai orang yang berasal dari pinggiran, beliau tak pernah sungkan dan malu ketika berinteraksi dengan masyarakat pinggiran, khususnya di Jakarta.

Sikap toleransi yang Kiai Abdullah tampakkan juga sangat menyejukkan, pengakuan akan toleransi tersebut datang dari Buya Hamka:

Ketika saya, KH Hasan Basri serta Kiai, sama-sama pergi ke Yogyakarta, sebagai basisnya Muhammadiyah, di sana kami melaksanakan shalat Jum’at yang khatibnya KH Hasan Basri. Sebagaimana tradisi di masjid-masjid Yogya pada umumnya, bahwa setelah adzan, khotib langsung berdiri menyampaikan khutbah, tanpa ada shalat qabliyah seperti yang dijumpai di Masjid al-Barkah Balimatraman yang dipimpin KH. Abdullah Syafi’i. Ternyata Pak Kiai mengikuti jama’ah lain. Ia tidak melakukan shalat Sunnah qabliyah.

Lokasi Makam

KH. Abdullah Syafi’i Al-Batawie wafat pada Selasa, 18 Dzulhijjah 1405 H/3 September 1985, kepergian beliau meninggalkan luka mendalam bagi umat Islam Indonesia saat itu. MUI mengajak seluruh umat Islam Indonesia untuk melaksanakan Shalat Ghaib atas kepergian KH. Abdullah Syafi’i Al-Batawie.

Makam beliau terletak di komplek Pesantren Putra As-Syafi’iyah Jatiwaringin, Pondok Gede, Jakarta Timur. Makam beliau selalu ramai oleh jamaah, khususnya saat momoen-momen tertentu, seperti menjelang bulan Ramadhan atau menjelang Haul beliau.

Sumber foto: FB Uia Assyafi’iyah, FB Feryan Bima Tara, FB Fadlan Jani


Editor: Daniel Simatupang