Ziarah di Makam KH. Hasan Asy’ari (Mbah Mangli), Waliyullah dari Mangli

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam KH. Hasan Asy’ari (Mbah Mangli), Waliyullah dari Mangli
Sumber Gambar: Suasana komplek makam KH Hasan Asyari atau Mbah Mangli di Dusun Mangli di Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, (foto aris syaefudin/sigijateng)

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - Mbah Mangli juga merupakan seorang mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah, statusnya sebagai mursyid membuat banyak umat Islam dari berbagai daerah berbondong-bondong meminta nasihatnya.

Sejak kecil, Mbah Mangli memiliki karakter yang berbeda dengan anak seusianya. Bagaimana tidak, bersama sang ayah beliau belajar dengan sangat disiplin dan sangat keras. Menghafal kitab Taqrib dan mempelajari tafsir Al-Qur’an baik makna maupun nasakh munsukh-nya adalah keseharian beliau.

Mbah Mangli adalah sosok dibalik berdirinya Pondok Pesantren Mangli, sebuah pondok pesantren salafiyah yang pada awal pendiriannya tidak memiliki nama resmi. Sehingga masyarakat sekitar menyebut pesantren tersebut sesuai dengan nama kampung tempat Mbah Mangli menyebarkan agama Islam, tepatnya di Kampung Mangli, desa Girirejo, kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Profil

KH. Muhammad Bahri atau biasa dikenal dengan nama KH. Hasan Asy’ari (Mbah Mangli) lahir di Kediri, Jawa Timur pada Jumat Legi, 17 Agustus 1945. Ayah beliau bernama Muhammad Ishaq yang merupakan garis keturunan dari Maulana Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. Sedangkan nasab dari garis ibunya tersambung hingga KH. Ageng Hasan Besari dan Sunan Kalijaga.

Guru-guru beliau di antaranya:
1. Muhammad Ishaq
2. KH. Ma'mun Ahmad Kudus
3. KH. Khozin Bendo

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Hasan Asy’ari (Mbah Mangli)

Lokasi Makam

Mbah Mangli atau KH. Hasan Asy’ari wafat pada akhir tahun 2007. Makam beliau berada di area pemakaman keluarga Mangli, di sebelah kiri kompleks Pondok Pesantren Mangli di lereng Gunung Andong, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.  

Untuk menuju ke sana, pengunjung harus memasuki gapura rumah Mbah Mangli yang merupakan bagian terdepan bangunan pondok. Menyusuri koridor pendek, pengunjung selanjutnya berbelok kiri melintasi jembatan beratap di atas jalanan desa. Tepat di sisi jalan inilah Mbah Kiai Mangli disare-kan.

Dalam sebuah pondok tertutup, makam Mbah Mangli berada di dalam ruangan yang membatasi dengan peziarah. Ruangan di samping makam yang cukup luas dipergunakan oleh para peziarah untuk berdzikir, tahlil, nderes Qur’an dan berdoa. Ketika berada di dalam area makam, para peziarah dilarang untuk mengambil dokumentasi dalam bentuk apapun.

Haul

Haul KH. Hasan Asy’ari (Mbah Mangli) diperingati pada bulan Jumadil akhir di pesantren Mangli di lereng Gunung Andong, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Untuk tanggal haul akan diberitahukan oleh pihak keluarga/ahli waris.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Hasan Asy’ari (Mbah Mangli) banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari daerah Magelang saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berkunjung di makam beliau berada di Komplek pemakaman Desa Girirejo, Magelang.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Hasan Asy’ari (Mbah Mangli) , maka akan dimudahkan segala hajatnya, dimudahkan dalam kelancaran rezekinya, dimudahkan dalam mendaparkan derajat, dimudahkan dalam mendapatkan anak yang sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Magelang di antaranya:
Wayang Kulit, Getuk Trio, Wajik Khas, Jenang, Tape Ketan, Slondok, Geblek, Sarung Goyor, Ampyang.

Raden Fatah adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.
 

Profil

KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an.  KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:

  1. Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
  2. KH. Dahlan Hasbullah
  3. KH. Adnan
  4. Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
  5. Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
  6. Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
  2. K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
  3. K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
  4. Syekh Nawawi Banten
  5. Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
  6. Syekh Muhammad Al-Muqri
  7. Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
  8. Syekh Ahmad Nahrowi
  9. Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
  10. Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
  11. Syekh Yusuf Al-Mishri
  12. Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh

Lokasi Makam

KH.  Ahmad  Sholeh  mengasuh  Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di  kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan

 

 

 

 

 

 

 


 

Disadur dari berbagai sumber


Editor: Daniel Simatupang