KH. Abdul Aziz Munif beliau adalah ulama kharismatik dari Sidoarjo dan pengasuh pesantren Bahrul Hidayah Sidoarjo.
Dengan demikian, pengulangan tiga kali itu sekedar menunjukan keharusan mendahulukan ibu pada saat kondisi ibu serupa dengan kondisi ayah. Jadi, sekali lagi perlu ditegaskan bahwa menghormati kedua orang tua adalah mencakup keduanya, dan bukan dengan saling menegasikan.
Jadi, tidak alasan untuk bersifat tak acuh pada orang tua. Berbakti kepada orang tua adalah kunci kebaikan di dunia dan di akhirat. Jangankan ketika orang tua masih hidup, bahkan Rasulullah SAW menyatakan bahwa berbakti orang tua itu tetap bisa dilakukan meskipun mereka sudah meninggal dunia.
KH. Chabibullah Idris Ulama Nahdlatul Ulama Wonosobo Jawa Tengah
KH. Maksum Jauhari beliau sosok kyai pendekar sakti dari Lirboyo Kediri. Sejak awal nama besar Gus Maksum identik dengan kesaktian. Selain menguasai banyak aliran silat dengan sempurna, beliau juga memiliki banyak kemampuan linuwih lainnya.
Ketangguhan, kesabaran, dan keuletan, kiprah di masyarakat, integritas yang dipadu dengan munajat-munajat beliau kepada Allah, telah menjadikan Nyai Hj. Solichah sebagai sosok yang sangat dihormati, bukan hanya oleh anak-anaknya, tetapi juga oleh tokoh-tokoh NU, dan kolega-koleganya di luar NU.
Dalam hal ini, berbagai pandangan muncul mengenai pemberontakan tersebut. Beberapa di antaranya berpendapat bahwa pemberontakan ini terjadi sebagai kelanjutan konflik antara ulama dan uleebalang; pendapat ini sebagaimana dijelaskan oleh Ali Sastroamidjojo mengenai pemberontakan kepada anggota Dewan
Desa dalam pandangan masyarakat Jawa bukan sekadar ruang geografis, melainkan cerminan nilai-nilai kehidupan yang luhur. Konsep Milangkori mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat desa sebagai tempat, tetapi sebagai metafora perjalanan hidup.
KH. Sofwan Abdul Ghoni atau lebih dikenal dengan sebutan Ajengan Wawan beliau dilahirkan pada hari Rabu tanggal 5 September 1973 atau dalam penanggalan Hijriyah bertepatan dengan tanggal 7 Sya`ban 1393 H.
Pondok Pesantren Manba'ul Huda didirikan oleh KH. Ahmad Suhendi pada tanggal 9 Rojab 1409 Hijriyah, bertepatan dengan awal tahun 1990-an, sebagai cabang dari Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya yang didirikan oleh KH. Choer Affandy (Alm.).