Tokoh-Tokoh Dunia Islam yang Memilih Jomblo

 
Tokoh-Tokoh Dunia Islam yang Memilih Jomblo
Sumber Gambar: Abu Ala al-Ma’arri

Laduni.ID, Jakarta – Keputusan untuk tidak menikah memang bukanlah hal yang salah, sebab hukum dari menikah bagi mereka yang telah mampu dan siap membangun rumah tangga tapi dia dapat menahan diri dari segala perbuatan yang menjerumus pada zina adalah sunnah.

Sedangkan bagi mereka yang telah mampu dan tidak dapat menahan diri dari perbuatan yang menjerumuskannya pada zina adalah wajib baginya untuk menikah. Hal tersebut sebagaimana yang rasul sabdakan dalam hadistnya. Dari Siti 'Aisyah RA Rasulullah SAW bersabda:

النِّكَاحُ من سُنَّتِي فمَنْ لمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَليسَ مِنِّي، و تَزَوَّجُوا؛ فإني مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ، و مَنْ كان ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ

"Nikah termasuk sunnahku. Barangsiapa tidak mengamalkan sunnahku, ia tidak termasuk golonganku. Menikahlah kalian, karena aku bangga dengan banyaknya umatku. Barangsiapa memiliki kemampuan untuk menikah, maka menikahlah." (HR Ibnu Majah).

Beberapa tokoh dan pemimpin besar yang memutuskan untuk tidak menikah:

  1. Ibnu Jarir ath-Thabari (guru besar ahli tafsir, sejarawan)

Ath-Thabari adalah seorang sejarawan dan pemikir muslim dari Persia, lahir di daerah Amol, Tabaristan (sebelah selatan Laut Kaspia). Nama lengkapnya adalah Abu Ja'far Muhammad bin Janır bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al Amali ath-Thabani, lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau ath-Thabari. Semasa hidupnya, ia belajar di kota Ray, Baghdad, kemudian Syam dan juga di Mesir. Patung imam ath-Thabari bisa ditemukan di pintu masuk Perpustakaan Nasional Tajikistan. Di antara karyanya yang terkenal adalah Tankh ar-Rusul wa al-Muluk (Sejarah Para Nabi dan Raja) atau lebih dikenal sebagai Tankh ath-Thabari. Kitab ini berisi sejarah dunia hingga tahun 915 H, dan terkenal karena keakuratannya dalam menuliskan sejarah Arab dan Muslim.

  1. Zamakhsyari (ahli tafsir besat dan teolog mu'tazilah)

Dikutip dari Islami.co, beliau memiliki nama lengkap Muhammad bin ‘Umar bin Muhammad bin ‘Umar al-Khawarizmi. Menurut Az-Zahabi dalam Tafsir wal Mufassirun, ia biasa dikenal dengan kunyah Abu al-Qasim dan dijuluki dengan laqab Jarullah (tetangga Allah). Ia merupakan seorang Imam Hanafiyah dan Mu’tazilah. Ia dilahirkan pada bulan rajab 467 H (1074 M) di sebuah desa bernama Zamakhsyar yang merupakan bagian dari kota Khawarizm – Bukhara-Rusia. Salah satu karya beliau yang fenomenal dan kitab terbaik di masanya adalah Al-Kasyaf ‘an Haqaiqi Ghawamidi al-Tanzil wa ‘Uyunu al-Aqawil fi al-Wujuh al-Ta’wil.

  1. Imam Nawawi (ahli hadits besar, ahli fiqih Sunni)

Dikutip dari Nahdlatul Ulama, nama lengkap Syekh Imam An-Nawawi adalah Yahya bin Syarof bin Murriy bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizaam An-Nawawi. Beliau lahir pada awal atau pertengahan bulan Muharram tahun 631 H (1233 M) dan meninggal pada malam Rabu, 24 Rajab tahun 676 H (21 Desember 1277 M) pada usianya yang ke-45 tahun. Karya-karya beliau beberapa menjadi rujukan dalam dunia Pendidikan islam; dalam bidang fiqh karya beliau diantaranya ialah Raudhatuth Thalibin dan al-Minhaj yang menjadi rujukan dalam membahas berbagai persoalan kontemporer dan dalam mempelajari mazhab Syafi’I; dalam bidang hadist ada Arba’in an-Nawawi dan Riyadhus Shalihin yang selalu menjadi sumber utama dalam pengajaran agama Islam; dalam biografi dan Bahasa Arab beliau menulis salah satunya Tahdzibul Asma’ wal Lughat yang mendapat pujian dari beberapa ulama; dan dalam bidang akhlaq beliau menulis salah satunya At-Tibyan Fi ‘Adab Hamalatil Qur’an.

  1. Ibn Taimiyah (ahli hadits besar, teolog Salafi)

Ibn Taimiyah lahir di Harran pada 10 Rabi’ul Awal 661 H. Ketika membicarakan Ibn Taimiyah perlu diketahui beberapa hal, diantaranya beliau memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa dalam artian memiliki kemampuan untuk mengikat informasi dengan kuat, beliau menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu, dan beliau juga menela’ah dan meneliti banyak buku-buku.

  1. Karimah al Marwaziyah (perempuan ahli hadits)

Dilansir dari Islami.co beliau merupakan guru dari beberapa ulama besar, seperti Imam Abu Bakar Ahmad al-Khathib al-Baghdadi (w. 1070 M) penulis buku Tarikh Baghdad, Abu al-Muzhaffar al-Sam’ani (w. 1095), Abu al-Ghanaim Muhammad bin Ali bin Maimun al-Nursi (w. 1116 M). beliau bernama asli Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Hatim al-Marwazi, lahir di Marwa pada 365 H dan wafat di Makkah pada tahun 463 H. Beliau dijuluki sebagai Ummi Kiram atau Sit Kiram.

  1. Abu Ala al-Ma’arri (Filosof, sastrawan liberal)

Dilansir dari Wikipedia, beliau memiliki nama lengkap Abu al-'Ala' Ahmad ibn Abd Allah bin Sulaiman al-Tanukhi al-Ma'arri (973-1057) yang lahir di kota al-Ma'arra (sekarang Ma'arrat al-Nu'man , Suriah).

  1. Abd Rahman Badawi (filosof eksistensialis, penulis)

Beliau lahir pada 17 Februari 1917 dan wafat pada 25 Juli 2002, beliau merupakan seorang filsuf eksistensial terkemuka dan seorang sejarawan.

  1. Rabiah Adawiyah (perempuan Sufi besar)

Dalam buku Abu Abdurrahman as-Sulami "Sufi-Sufi Wanita" (2004), beliau diperkirakan lahir antara tahun 713-717 Masehi, atau 95-99 Hijriah, di kota Basrah, Irakdan meninggal sekitar tahun 801 Masehi/185 Hijriah.

  1. Bisyr al Hafi (Sufi)

Dilansir dari Bincang Syariah, Bisyr al-Hafi lahir di Baghdad pada tahun 179 H. Beliau memiliki kisah hidup yang menarik, dulu dirinya hanyalah seorang pemabuk, gemar berpesta ria, dan bersenang-senang. Namun suatu ketika, saat beliau berjalan pulang dalam keadaan mabuk beliau menemukan secarik kertas yang bertuliskan kalimat Bismillah (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ). Kemudian beliau membeli minyak wangi dan memercikkannya pada kertas tersebut, lalu beliau simpan dengan hati-hati di rumahnya.

Dalam ar-Risalah al-Qusyairiyyah, Hal. 19 dikatakan malam harinya ada seseorang yang bermimpi diperintah oleh Allah SWT untuk mengatakan kepada Bisyr al-Hafi, “Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. niscaya Aku akan harumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti kelak.”

  1. Abbas Mahmud Aqqad (Sastrawan, penulis)

Beliau lahir di Aswan, Mesir pada 28 Juni 1889 dan wafat pada 12 Maret 1964 di Kairo, Mesir. Dikutip dari Britannica, beliau merupakan seorang jurnalis, penyair, dan kritikus sastra Mesir yang merupakan inovator puisi dan kritik Arab abad ke-20. Pada tahun 1915 beliau menerbitkan diwan atau kumpulan puisi pertamanya yang berjudul Bits and Pieces dan Shazarat. Menjelang akhir hayatnya, para kritikus memuji al-Aqqad sebagai "ensiklopedia manusia" budaya Arab modern.

  1. Badi al-Zaman Said Nursi (sufi, pejuang, mufassir)

Beliau lahir pada tahun 1877 di perkampungan Nurs, daerah Hizan di Timur Turki. Salah satu karya terbesar Syekh Said Nursi adalah Risalah al-Nur atau Rasail al-Nur merupakan satu tafsiran Al-Quran yang memfokuskan kepada persoalan tentang keimanan.

  1. Sayyed Qutb (mufassir, ideolog Ikhwan Muslimin)

Beliau lahir di Musha, 9 Oktober 1906 dan meninggal di Mesir, 29 Agustus 1966 pada umur 59 tahun. Pada tahun 1949 karya teoretis pertama Qutb di bidang kritik sosial keagamaan, Al-'adala al-Ijtima'iyya fi-l-Islam (Keadilan Sosial Dalam Islam) diterbitkan.  

  1. Al-Qifti (kolektor buku)

Dikutip dari Wikipedia bernama lengkap Ali ibn Yusuf al-Qif, merupakan seorang sejarawan Mesir, penulis biografi-ensiklopedis, pelindung, dan administrator-sarjana di bawah penguasa Ayyubiyah Aleppo. Kamus biografinya yang berjudul Ikhbar al-Ulama' bi Akhbar al-Ḥukama, “Sejarah Orang Terpelajar” merupakan sumber penting biografi Islam. Banyak dari hasil sastranya yang luas hilang, termasuk sejarahnya tentang Seljuk, Buyid dan Maghreb, dan kamus biografi para filsuf dan filolog.

  1. Jamal al-Afghani (pendiri Pan Islamisme, pejuang)

Bernama lengkap Sayyid Muhammad bin Safdar al-Husayn (1838-1897) yang dikenal sebagai Sayyid Jamal-Al-Din Al-Afghani. Beliau juga digambarkan sebagai pribadi yang "lebih memperjuangkan kaum muslim terhadap dominasi politik Barat dibandingkan masalah teologi.”

  1. Aisyah Qurthubiah (penulis)

Aisyah binti Ahmad al-Qurthubiyyah wafat pada tahun 1009 M, beliau seorang penulis, satrawan, dan penyair yang hebat. Banyak tokoh-tokoh besar mengagumi sosok Aisyah al-Qurthubiyyah, seperti Ibn Hayyan yang menulis dalam bukunya yang berjudul Al-Muqtabas bahwa, “Tak ada seorang pun di Andalusia pada zaman itu yang mengungguli Aisyah al-Qurthubiyyah dalam banyak aspek: pengetahuan, sastra, puisi, kefasihan bertutur kata, dan keluhuran pribadinya.”

Sementara, penulis buku Al-Maghrib, menyebutnya sebagai innaha min 'ajaib zamaniha wa gharaib awaniha (perempuan paling mempesona dan paling "aneh" pada zamannya).

  1. Nabawiyah Musa (feminis)

Dikutip dari Rahima, Nabawiyah Musa ini dilahirkan dari keluarga kelas menengah yang terdiri dari ibu dan kakaknya, karena ayahnya tewas dalam sebuah peperangan militer sebelum masa kelahirannya. Dirinya merupakan sosok yang cerdas, dilahirkan pada pada tanggal 17 Desember 1886, dan dia adalah perempuan Mesir pertama yang mendapatkan pendidikan tinggi pada tahun 1907 dan hingga 21 tahun kemudian; ia adalah satu-satunya perempuan Mesir yang memiliki gelar dalam bidang ini pendidikan ini.

Dan masih banyak lagi. Bagaimana mungkin mereka tak paham hadits "Al Nikah Sunnati/Nikah itu Sunnah Nabi?”

Selasa, 20 Juli 2021

Disadur dari berbagai sumber, termasuk salah satu karya KH. Husein Muhammad yang berjudul “Para Ulama dan Intelektual yang Memilih Menjomblo”.


Editor: Daniel Simatupang